Asal usul istilah asmara Subuh di bulan Ramadhan

Kamis, 15 April 2021

AURANUSANTARA (RAMADHAN) - Sudah menjadi tradisi, sehabis salat Subuh di bulan Ramadan puluhan remaja di berbagai daerah termasuk Ibu Kota Jakarta mengambil kesempatan untuk jalan-jalan bersama teman wanita atau pria. Kegiatan itu biasa disebut dengan asmara Subuh.

Pakar sejarah UIN Jakarta, Muhammad Arif mengungkapkan tradisi ini bermula dari para remaja yang menginginkan kearifan dari alam namun semakin mengikuti zaman tradisi itu mengarah negatif. Sebab, saat ini banyak faktor negatif yang mempengaruhi asmara subuh ini.

"Secara empiris, agak masif ya karena kegiatan ini ikut dicampuri dengan motor geng, yang membuat asmara subuh dikenal negatif," ujar Arif saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Minggu (14/7).

Menurut Arif, asal muasal tradisi ini ada dan berkembang di beberapa tempat lantaran para remaja tersebut ingin menemukan jati diri atau karakter mereka. Semisal dengan mencari teman, berkumpul dengan teman lainnya sehingga membentuk proses individualisasi mereka.

"Faktor psikologis yang mempengaruhi mereka, namanya remaja ingin tahu segala hal. Biasanya mereka ini mulai dari SMP hingga SMA. Sehingga perkumpulan mereka ini menjadi daya tarik bagi komunitas juga, makalah berkembang fenomena ini," jelas dia.

Dia mengimbau, semua pihak dapat turut andil dalam menentukan arah jati diri para remaja ini. Jangan sampai asmara subuh menjadi tempat bagi remaja menuju kesesatan. "Baik dari keluarga, sekolah dan masyarakat harus berperan aktif dan mempunyai kesadaran kolektif bersinergi agar remaja tersebut dapat diarahkan," ungkapnya.

Di sisi lain, faktor pendidikan juga sangat penting. Arif menyarankan untuk menggunakan konsep revitalisasi pusat pendidikan. Di mana melalui konsep ini, para remaja di intensifikasi secara maksimal. "Dengan acara seminar, itu juga salah satu contoh sehingga dapat mengkaji asmara subuh baik secara tidak formal, formal dan sekitarnya," ujar dia.