Ritel 'Berdarah-darah', Matahari Rugi & Tutup 13 Gerai di Q1

Selasa, 27 April 2021

Foto: Matahari Department Store 

JAKARTA (ANC) - Tekanan bagi sektor ritel pada awal tahun ini belum berlalu. Emiten ritel Grup Lippo, PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF) masih membukukan rugi bersih mencapai Rp 95,35 miliar pada kuartal I-2021, bengkak 1,49% dari periode yang sama tahun lalu yang juga rugi bersih Rp 93,95 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan LPPF yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), rugi bersih itu terjadi di tengah penurunan pendapatan pengelola gerai Matahari Departement Store ini. Total pendapatan bersih turun 25,16% menjadi Rp 1,16 triliun pada 3 bulan pertama tahun ini, dari periode yang sama tahun lalu Rp 1,55 triliun.

Secara rinci, pendapatan itu terdiri dari penjualan eceran turun 24% jadi Rp 741,40 miliar dari sebelumnya Rp 976,77 miliar, penjualan konsinyasi bersih turun menjadi Rp 416,01 miliar dari Rp 535,36 miliar, dan pendapatan jasa juga anjlok jadi Rp 4,83 miliar dari sebelumnya Rp 37,04 miliar.

Di sisi lain, mengacu pada laporan kuartalan, hingga Q1-2021, perusahaan mengoperasikan 147 gerai, jumlahnya sama dengan posisi 31 Desember 2020. Jumlah itu terbagi di Sumatera 28, Jawa 86, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku 28 dan wilayah lainnya 5 gerai.

Dari 147 gerai tersebut terdapat 124 gerai reguler dan 23 gerai dalam pengawasan. Sementara itu selama Q1, Matahari menutup 13 gerai, dan masih ada 10 gerai yang dalam pengawasan untuk kemungkinan ditutup.

Meski demikian, ada satu gerai baru dibuka pada April ini yakni di Balikpapan Ocean Square.

Paparan Publik LPPF Q1-2021Foto: Paparan Publik LPPF Q1-2021
Paparan Publik LPPF Q1-2021

Manajemen, dalam penjelasan di lapkeu Q1, menjelaskan selama tahun 2021 dan 2020, Grup menerima konsesi sewa akibat dampak pandemi Covid-19 dalam bentuk potongan biaya sewa dan pembayaran variabel sementara tanpa pembayaran minimum.

Grup menerapkan kebijakan praktis untuk semua konsesi sewa yang memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Amandemen PSAK 73 Sewa tentang Konsesi Sewa terkait Covid-19.

"Di 2021, Covid-19 masih membawa dampak bagi seluruh sektor di dunia termasuk bagi Grup. Di tengah program vaksinasi yang sedang berjalan, kegiatan masyarakat mulai meningkat meski masih diliputi ketidakpastian," tulis manajemen LPPF, dikutip CNBC Indonesia, Minggu (25/4/2021).

"Meskipun aktivitas masyarakat meningkat, namun berlanjutnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh pemerintah berdampak pada jumlah kunjungan pelanggan dan jam operasional yang belum kembali seperti pada masa pra-pandemi," tulis Matahari.

Sebab itu, kondisi tersebut berdampak pada SSSG (pertumbuhan penjualan toko yang sama) sebesar negatif 22,3% dan kerugian bersih sebesar Rp 95,35 miliar untuk periode 3 bulan yang berakhir pada 31 Maret 2021.

Pada kuartal pertama tahun 2021, Grup telah mengambil sejumlah langkah sebagai antisipasi atas dampak situasi tersebut antara lain mempersiapkan persediaan untuk penjualan momen Ramadan dan Lebaran secara berhati-hati, menggulirkan program pemasaran Ramadan dan Lebaran lebih awal, dan memastikan kecukupan likuiditas dengan pinjaman bank sebesar Rp 480 miliar pada akhir Maret 2021, dan mendapatkan tambahan lokasi bazar baru.

Adapun tantangan-tantangan berikut ini di luar kendali Grup dan dapat memberikan dampak buruk terhadap kinerja keuangan dan kemampuan Grup dalam mempertahankan kelangsungan usahanya.

Beberapa tantangan itu yakni pandemi Covid yang terus berlangsung mengakibatkan pertumbuhan ekonomi negatif dan menurunkan daya beli pelanggan, kebijakan pemerintah tentang pembatasan aktivitas sosial untuk menurunkan kasus Covid yang berakibat rendahnya kunjungan pelanggan ke toko-toko Grup.

"Grup telah membuat beberapa skenario stress test dengan berbagai asumsi tingkat penjualan di tahun 2021. Dampak dari skenario-skenario tersebut telah ditinjau dengan membandingkan terhadap posisi proyeksi arus kas," tulis Matahari.

"Dari analisis di atas, terdapat ketidakpastian sehubungan dengan kejadian atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan Grup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, sehingga ada kemungkinan terdapat ketidakmampuan dalam merealisasikan asetnya dan melunasi kewajibannya dalam kegiatan bisnis normal."

Manajemen juga menegaskan, sebagai tambahan, untuk meningkatkan likuiditas selama masa pandemi dan pemulihan Covid, Grup telah memperpanjang fasilitas pinjaman CIMB Niaga.

Grup memiliki akses atas fasilitas pinjaman sebesar Rp 700 miliar sampai dengan 18 Desember 2021 dan fasilitas pinjaman sebesar Rp 1 triliun sampai dengan 31 Januari 2022. Grup akan mendiskusikan perpanjangan fasilitas pinjaman dengan bank dekat tanggal jatuh tempo.

Tahun lalu, LPPF mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 823 miliar. Kondisi ini berbalik dari tahun 2019 ketika LPPF masih mencetak laba bersih Rp 1,34 triliun.

Secara penjualan kotor sepanjang tahun lalu mengalami penurunan hingga 52,3% menjadi Rp 8,60 triliun, dari sebelumnya Rp 18,04 triliun.

Dalam dokumen paparan yang disampaikan Miranti Hadisusilo, Corporate Secretary dan Direktur Legal LPPF, perusahaan total memiliki 147 gerai di akhir 2020 termasuk 23 gera dalam pantauan kinerja.

Di kuartal 4-2020, perusahaan menutup 6 toko dan secara tahunan menutup 25 gerai. Penutupan 25 gerai ini termasuk 12 gerai di Q1-Q3, sebanyak 7 gerai yang tidak menguntungkan (juga di periode Q1-Q3), dan sebanyak 6 gerai di Q4-2020.

Adapun 6 geri tersebut yakni gerai Mahahari di Lippo PLZ MAL Yogja, Lippo MAL Kuta, Keboen Raya BGR, Lippo PLZ MAL Gresik, Mayofield TC KWG, dan gerai Matahari di GTC TC Makassar.